Rabu, 04 April 2012

' BAPAK '



aku dekat dengannya tak sedekat dengan orang yang melahirkan aku. 
aku menelponnyapun hampir tak pernah,ia yang selalu meneloponku, walaupun jarang.
aku juga ga setiap hari menanyakan kabarnya, sedang apa, kesibukannya.
aku memberikannya kado ulang tahunpun tak pernah.
aku trsenyum atas kejutan dan pemberiannya juga jarang.
aku mengungkapkannyapun mungkin hampir tak pernah.
aku tak pernah membuatnya terharu.
BAPAK
ya, sebutan untuknya.










hal yang aku ingat, ia mungkin lebih mengkhawatirkanku dibandingkan MAMA
aku lihat ketulusannya dibalik sikap cuek dan acuhnya
BAPAK
begitu aku ada, ia menuliskannya dalam sebuah buku kecil, menulis dan mencatat namaku, arti dari namaku, beratku, tinggiku, dan menuliskan perkembangan dari anaknya yang pertama ini.
BAPAK
begitu aku tumbuh,
tak satupun hari yang ia lewatkan untuk menulisnya di buku harian kecilnya khusus yang bercerita tentang aku. begitu aku mengoceh, tak mau ia melewatkan suara yang keluar dari mulut anaknya ini. begitu aku lincah (bahkan dari aku lahir) iia pasang semua foto tentang aku bersama orang-orang yang mengasihiku.
BAPAK
bajuku, satu keranjang besar mainan untukku, kamarku, semua ia buat hanya untuk aku, anaknya.
BAPAK
bekerja, dari pagi sampai malam untu keluarganya, untuk mama, untuk aku, untuk dhea (adek)
BAPAK
hal yang aku ingat juga, aku tak pernah memelukmu (pernah tapi sangat jarang), jarang kencan berdua denganmu,
BAPAK
selalu memberiku uang bulanan, tak pernah ingin anaknya berhenti melakukan kuliah atau lesnya. Selalu menyemangati. Hemat, karena ia selalu membeli makanan dengan harga yang murah untuk menabung demi keluarga. 
BAPAK.
ia khawatir tetapi tertutup oleh gengsinya. Aku ingat ketika aku pulang jam 1 malam, dia berbeda dari mama yang selalu menanyakan kapan aku pulang, dia hanya tidak tidur, menungguku di meja makan depan tv sampai aku datang. Dia tidak marah, dia benar-benar menungguku.
Ketika aku memberetkan mobilku di trotoar dekat rumah sahabatku yang bikin mobilku terlihat "NYENI" soalnya goresannya membentuk 3 garis panjang dari pintu depan sampe pintu belakang, hal yang membuatku takut keluar kamar dan menjadi diam dadakan, dia hanya bilang "Gapapa,untung mobilnya yang kenapa-kenapa, bukan kamunya"...
BAPAK
ketika aku sibuk bercerita dan curhat ke mamaku, sedangkan ia mendengarnya, ia hanya diam, menhormayiku, menghargaiku, karena memang yang aku ajak bercerita adalah mama. Dia diam tanpa komentar, tetapi aku tahu ia mendengarkannya dengan sesama, bukan tidak mau tahu.
Ketika aku putus dari pacarku dan masih saja mengingatnya, ia tak pernah berkomentar, karena ia pikir ia takut aku tak menginginkannya, tapi dalam hatinya, ia mengkhawatirkannya.
BAPAK.
pernah aku membaca cerita tentang seorang ayah, ketika melihat anaknya dilamar, kesedihannya melebihi kesedihan ibu dibalik sikap dan senyumnya yang ia lontarkan, ia menangis (sebenarnya) karena akan jauh dari anak gadisnya dan belum rela anak gadisnya dimiliki lelaki lain.
BAPAK :')

dalam keadaan apapun, dan secuek-cueknya aku, aku tak pernah sedikitpun menduakanmu.
aku adapun karena cintamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar